Gadai BPKB

Tarif AS 19%: Reaksi Pan Brothers, Pemasok Uniqlo & Adidas

Jakarta – Emiten terkemuka di sektor tekstil dan produk tekstil, PT Pan Brothers Tbk (PBRX), menyambut positif penerapan tarif resiprokal Amerika Serikat sebesar 19 persen untuk produk-produk asal Indonesia. Perusahaan menilai besaran tarif ini jauh lebih kompetitif dibandingkan dengan yang diberlakukan bagi negara-negara pesaing di Asia lainnya, menandakan keuntungan strategis bagi industri garmen nasional.

Direktur Pan Brothers, Fitri Ratnasari Hartono, mengungkapkan optimisme tinggi terhadap dampak positif tarif 19 persen ini bagi kinerja perseroan. “Dampaknya sangat menguntungkan bagi Pan Brothers, khususnya untuk industri padat karya dan sektor apparel di Indonesia, terutama jika dibandingkan dengan negara-negara pesaing yang juga bergerak di produksi garmen,” jelas Fitri dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, dikutip pada Ahad, 27 Juli 2025. Kondisi ini menempatkan Indonesia pada posisi yang lebih diunggulkan dalam persaingan pasar global.

Fitri lebih lanjut menerangkan bahwa pasar domestik Pan Brothers sangat terintegrasi dengan kebutuhan merek-merek global. Meskipun sebagian besar pasokan ditujukan untuk pasar domestik, pesanan tersebut sesungguhnya merupakan respons terhadap permintaan dari merek-merek berskala internasional. Salah satu contoh nyata adalah peran Pan Brothers sebagai pemasok utama bagi merek ternama seperti Uniqlo, yang juga memiliki jejak operasional kuat di Indonesia.

Dengan demikian, Fitri menegaskan bahwa Pan Brothers sejatinya merupakan pemasok multinasional yang melayani beragam merek global terkemuka. Portofolio klien mereka mencakup nama-nama besar seperti Adidas, The North Face, Uniqlo, Lululemon, Kathmandu, Arc’teryx, Amer Group, dan Lacoste. Pada tahun 2024, distribusi ekspor Pan Brothers tersebar luas: sekitar 60 persen disuplai ke wilayah Asia Pasifik, 15 persen ke Eropa, dan 25 persen ke Amerika Serikat, menunjukkan jangkauan pasar yang luas dan diversifikasi risiko.

Selain itu, Fitri juga menyoroti bagaimana dampak tarif resiprokal ini berpotensi membuka pintu bagi kerja sama dagang lainnya, terutama dalam konteks CEPA Indonesia-Uni Eropa. Dia melihat adanya potensi besar bagi produk-produk buatan Indonesia untuk memperluas pangsa pasar di Uni Eropa. “Jika Indonesia berhasil mendapatkan tarif 0 persen saat perjanjian kerja sama ini berlaku sekitar awal 2027, hal itu akan sangat menguntungkan industri kami, khususnya sektor industri padat karya seperti Pan Brothers,” pungkas Fitri, menekankan potensi pertumbuhan ekonomi yang signifikan.

Sementara itu, dari sudut pandang ritel, Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Budihardjo Iduansjah, memberikan pandangan berbeda. Ia meyakini bahwa penerapan tarif resiprokal 19 persen oleh Amerika Serikat terhadap produk Indonesia tidak akan menimbulkan ancaman serius bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) di Tanah Air.

Menurut Budihardjo, segmen produk impor dari AS memiliki perbedaan karakteristik yang jelas dengan produk lokal, sehingga persaingan langsung dapat dihindari. “Produk-produk seperti baju dan sepatu dari AS justru tidak akan mematikan pasar lokal, bahkan kami berharap aksesnya dipermudah. Kekhawatiran terbesar justru datang dari produk Cina; tarif nol persen untuk produk Cina adalah skenario yang perlu dihindari,” jelas Budihardjo seusai konferensi pers Hari Retail Modern Indonesia (Harmoni) di Gedung Smesco, Jakarta Selatan, pada Rabu, 23 Juli 2025. Perbedaan segmen ini menjadi kunci menjaga stabilitas pasar domestik.

Budihardjo menambahkan, keberadaan produk ritel impor justru dapat menjadi angin segar bagi sektor perdagangan dan berpotensi memajukan pariwisata belanja di Indonesia. “Ini adalah kesempatan emas bagi sektor ritel. Bisa jadi, produk-produk Amerika dengan harga paling kompetitif akan tersedia di premium outlet Indonesia, menarik minat wisatawan belanja, bahkan dari negara tetangga seperti Singapura untuk berkunjung ke Indonesia,” pungkasnya, menggarisbawahi potensi peningkatan devisa dan pertumbuhan ekonomi lokal.

Amira Nada Fauziyyah berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan Editor: Dampak Kesepakatan Dagang Prabowo-Trump Bagi Industri Manufaktur