Gadai BPKB

b4aa0316395fd7b92892715b1d370684

BNI Raih Laba Rp 15 T di Kuartal III, Dipicu Digitalisasi – Dana Murah

AA1P5IhF

PT BANK Negara Indonesia Tbk (BNI) mencetak laba Rp 15,12 triliun pada kuartal III 2025. Pencapaian tersebut diraih dengan sejumlah strategi, di antaranya digitalisasi yang mendorong pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) hingga 21,4 persen dan pendapatan berbasis komisi 11 persen secara tahunan (year on year).

“Keberhasilan ini menunjukkan kemampuan BNI untuk tetap adaptif dalam menghadapi tantangan sambil terus mendorong pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan,” kata Direktur Utama BNI Putrama Wahju Setyawan mengutip Antara, Jumat, 24 Oktober 2025.

Dari sisi pendanaan, yakni indikator Dana Pihak Ketiga (DPK), BNI mencatatkan pertumbuhan 21,4 persen secara tahunan menjadi Rp 934,3 triliun dengan porsi simpanan Current Account Saving Account, atau yang biasa disebut dana murah, bertumbuh 13,3 persen menjadi Rp 613,4 triliun.

Direktur Treasury & International Banking Abu Santosa Sudradjat menjelaskan porsi dana murah ini memperkuat struktur pendanaan dan menekan biaya dana (cost of fund) sehingga menjaga profitabilitas tetap sehat. Menurut dia, strategi transaksi digital yang agresif juga menopang pertumbuhan pendapatan berbasis komisi sebesar 11 persen (yoy), yang banyak didorong oleh akselerasi kanal digital.

Abu menuturkan dari aplikasi wondr by BNI, terdapat lonjakan pengguna dari 2,8 juta pada September 2024 menjadi 10,5 juta pengguna per September 2025 dengan nilai transaksi mencapai Rp 783 triliun. Selain itu, kanal BNIdirect untuk segmen korporasi mencatat nilai transaksi Rp 8.080 triliun atau tumbuh 26,7 persen (yoy).

Sementara itu dari sisi penyaluran kredit, BNI mencatatkan pertumbuhan 10,5 persen (yoy) menjadi Rp 812,2 triliun. Direktur Finance & Strategy BNI Hussein Paolo Kartadjoemena menjelaskan pertumbuhan kredit tersebut tercatat merata di seluruh segmen bisnis. “Ini menunjukkan efektivitas strategi pembiayaan dalam menjaga kualitas aset sekaligus mendorong pertumbuhan sektor produktif,” ujar Paolo.

Kredit korporasi, kata Paolo, naik 12,4 persen menjadi Rp 450,7 triliun yang ditopang peningkatan pembiayaan kepada korporasi swasta, BUMN, dan institusi. Sementara itu, kredit segmen menengah tumbuh 14,3 persen, dan kredit UMKM non-KUR meningkat 13,9 persen menjadi Rp 46,3 triliun.

Segmen konsumer juga menunjukkan kinerja positif dengan pertumbuhan 9,6 persen menjadi Rp 150,2 triliun yang ditopang pembiayaan KPR, personal loan, dan kartu kredit. Adapun pertumbuhan kredit usaha di level grup naik 15,3 persen menjadi Rp17,4 triliun.

Paolo mengatakan perseroan juga memperkuat ketahanan keuangannya melalui pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang pada akhir kuartal III 2025 tercatat sebesar Rp34,7 triliun, dengan rasio cakupan terhadap kredit bermasalah (NPL coverage ratio) mencapai 222,7 persen.

Hingga kuartal III, rasio permodalan inti atau Capital Adequacy Ratio (CAR) BNI sebesar 21,1 persen. Sedangkan rasio kredit bermasalah (NPL gross) berada di kisaran 2,0 persen dan Loan at Risk (LAR) membaik ke level 10,4 persen. BNI mengklaim kualitas aset ini mencerminkan keberhasilan penerapan manajemen risiko yang kuat dan strategi ekspansi bisnis yang sehat dan hati-hati.

Di sisi lain, Direktur Risk Management BNI David Pirzada menjelaskan perseroan ingin memperkuat posisi sebagai pelopor keuangan berkelanjutan di Indonesia, di antaranya, dengan penerbitan Sustainability Bond. Melalui obligasi itu, BNI menyalurkan pembiayaan ke berbagai proyek ramah lingkungan, termasuk energi terbarukan dan efisiensi energi serta pembiayaan sosial ekonomi UMKM. “Seluruh dana hasil penerbitan Sustainability Bond dialokasikan untuk proyek-proyek hijau yang memenuhi kriteria lingkungan. Kami ingin memastikan pembiayaan tidak hanya berdampak ekonomi, tetapi juga sosial dan lingkungan,” katanya.

Hingga akhir September 2025, portofolio berkelanjutan BNI mencapai Rp 192,4 triliun atau 24 persen dari total kredit yang terdiri dari pembiayaan sosial-ekonomi dan pembiayaan hijau.

Pilihan Editor: Apa Kata Kemlu Cina soal Utang Kereta Cepat Whoosh