Gadai BPKB

04d9719bf45c543ea34e7af89924f378

Super Bank melantai di bursa besok

AA1Q3pqw

PT SUPER Bank Indonesia Tbk. (SUPA) bakal mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia pada Rabu besok, 17 Desember 2025. Dalam pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) ini, SUPA melepas 44.066.123 lot dengan target dana sebesar Rp 3,06 triliun.

Dalam IPO ini, SUPA mematok harga penawaran sebesar Rp 525-Rp 695 per lembar. Pada penawaran umum pada 10-15 Desember 2025, harga saham SUPA senilai Rp 634 per lembar. Adapun, pendistribusian saham ini berlangsung pada Selasa, 16 Desember 2025.

PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia mencatat ada tujuh saham bank digital, yaitu PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYD), PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI), PT Bank Jago Tbk. (ARTO), PT Bank Raya Indonesia Tbk. (ARGO), PT Bank Aladin Syariah Tbk. (BANK), PT Bank Amar Indonesia Tbk .(AMAR), dan PT Super Bank Indonesia Tbk. (SUPA).

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan melantainya SUPA di bursa membuat persaingan di sektor perbankan digital semakin ketat. “IPO perbankan atau fintech menarik perhatian investor, persaingan di sektor bank digital makin ketat,” katanya pada Jumat, 28 November 2025 lalu.

Meski bakal saling berkompetisi perbankan digital juga diminta berhati-hati dalam berekspansi, terutama ketika meningkatkan penyaluran kredit. Nafan mengatakan ketika penyaluran kredit meningkat, risiko gagal bayar juga melambung. “Mereka ekspansi kredit sambil memitigasi risiko dengan baik,” katanya.

Sementara itu, Dewan Pengawas Perkumpulan Analis Efek Indonesia Muhammad Alfatih mengatakan prospek IPO Superbank tampak menjanjikan. Dia mengatakan kondisi ini lantaran Superbank didukung ekosistem kuat seperti Emtek Group, Grab, dan Kakao Bank. “Serta perbaikan fundamental yang mulai menunjukkan turnaround laba,” katanya.

Meski demikian, Alfatih menambahkan, Superbank juga bakal menjalani kompetisi dengan para perbankan digital yang sudah melantai di bursa. Dia mengatakan masing-masing perbankan digital ini juga memiliki nilai masing-masing.

Alfatih mencontohkan, Allo Bank mengandalkan ekosistem CT Corp tapi monetisasi belum stabil, Krom Bank memanfaatkan integrasi Gojek–Tokopedia, Bank Jago lebih matang tetapi pertumbuhan mulai melambat, dan Bank Neo menghadapi tekanan pada biaya dana dan margin bunga bersih. “Valuasi tinggi dan kompetisi ketat dengan bank digital lain seperti Allo, Krom, Jago, dan Neo membuat diferensiasi layanan dan kualitas aset menjadi penentu keberhasilan jangka menengah,” katanya.

Profil Super Bank Indonesia Tbk

Dalam prospektusnya, PT Super Bank Indonesia Tbk. bakal mengalokasikan sekitar 70 persen dana hasil IPO untuk modal kerja dan penyaluran kredit. Sementara itu, 30 persen sisa dana dipakai untuk belanja modal yang direalisasikan bertahap pada 2026 hingga lima tahun ke depan.

SUPA mengatakan belanja modal dari 30 persen dana IPO ini untuk mengembangkan produk perseroan antara lain produk pendanaan, pembiayaan, dan sistem pembayaran dengan fokus pada solusi digital bagi retail dan UMKM. Langkah ini guna mendukung pertumbuhan berkelanjutan, dan didukung oleh pengembangan teknologi informasi (IT) yang saling melengkap. “Melalui investasi pada infrastruktur, sistem operasional, AI & Data Analytics, serta peningkatan cybersecurity untuk membangun fondasi digital yang kuat, aman, dan efisien,” kata manajemen dalam prospektus.

PT Super Bank Indonesia Tbk. merupakan perusahaan yang menawarkan produk perbankan kepada berbagai macam segmen nasabah, termasuk masyarakat yang kurang (underbanked) dan belum (unbanked) terlayani secara perbankan dan usaha mikro, kecil, menengah (UMKM). Melalui ekosistem Superbank di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua platform digital terkemuka di Indonesia, yaitu Grab dan OVO, serta kemitraan strategis dengan Emtek Group, Singtel, dan Kakao Bank.

Pertumbuhan Superbank yang pesat, kata manajemen, pada lanskap perbankan Indonesia didorong oleh keunggulan unik atas ekosistem yang dimiliki. Sejak peluncuran publik Juni 2024, Perseroan telah meningkatkan jumlah pengguna aktif dari di bawah 20 ribu pengguna pada April 2024 hingga sekitar 4 juta pengguna aktif per 30 Juni 2025. Jumlah itu terdiri sebagian besar oleh akuisisi nasabah melalui aplikasi Grab dan OVO.

Per 30 Juni 2025, sekitar 64,4 persen pengguna aplikasi Superbank diakuisisi melalui Grab dan OVO. Platform mereka yang luas memungkinkan Superbank menjangkau basis pengguna dengan frekuensi tinggi yang meluas hingga ke daerah semi-perkotaan dan pedesaan di luar kota-kota utama Indonesia.

“Dengan keberhasilan integrasi Perseroan bersama Grab dan OVO, perseroan berencana mengintegrasikan layanan ke platform mitra strategis lainnya, sehingga semakin memperluas jangkauan dan kehadiran perseroan kepada pengguna aplikasi berbasis ekosistem lainnya,” kata manajemen.

Pilihan Editor: Untung-Rugi Indonesia Bergabung dengan OECD