
Gadai BPKB – , JAKARTA — Peringatan Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell agar investor menahan ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga pada Desember menyoroti tarik-menarik di antara pembuat kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang berbeda pandangan soal pasar tenaga kerja dan inflasi.
Melansir Bloomberg pada Jumat (31/10/2025), Powell menegaskan sebagian pejabat kini lebih khawatir terhadap melambatnya pasar tenaga kerja, sementara lainnya menilai inflasi yang masih tinggi akan membatasi ruang pelonggaran moneter lebih lanjut.
Ketidakpastian makin diperburuk oleh penghentian sementara rilis data ekonomi resmi akibat penutupan sebagian pemerintahan (government shutdown).
: Wanti-Wanti dari Powell usai The Fed Pangkas Suku Bunga
Komentar Powell muncul setelah Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memutuskan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 3,75%–4%. Keputusan tersebut merupakan penurunan suku bunga untuk kedua kalinya secara beruntun.
Namun untuk pertama kalinya dalam enam tahun terdapat perbedaan pandangan (dissent), satu pejabat menginginkan pemangkasan lebih besar, sementara lainnya memilih menahan suku bunga.
: : Wall Street Variatif Imbas Pernyataan Powell Soal Suku Bunga
Dalam pernyataannya setelah Rapat FOMC, Powell menegaskan pada awal konferensi pers bahwa keputusan pemangkasan suku bunga lanjutan pada Desember belum pasti.
“Pemangkasan suku bunga lebih lanjut pada pertemuan Desember bukanlah sesuatu yang sudah pasti — bahkan jauh dari itu,” ujar Powell.
: : Jerome Powell Tak Bisa Jamin Suku Bunga The Fed Dipangkas pada Desember
Dia menambahkan, “Kini semakin banyak pandangan bahwa mungkin kita sebaiknya menunggu satu siklus lagi sebelum melangkah lebih jauh.”
Pernyataan tersebut langsung memicu reaksi pasar. Harga obligasi pemerintah AS (Treasury) anjlok paling tajam dalam hampir lima bulan, mendorong imbal hasil (yield) obligasi 10 tahun kembali menembus 4%, sebelum akhirnya sebagian koreksi berbalik.
Kontrak berjangka (futures) yang terhubung dengan suku bunga acuan The Fed kini menunjukkan peluang pemangkasan suku bunga pada pertemuan 9–10 Desember hanya bersifat moderat, turun dari hampir pasti sebelumnya.
“Kami jelas tidak menyangka akan ada penolakan sekuat ini. Yang terlihat dari konferensi pers itu adalah diskusi Desember menjadi pembahasan yang sangat intens,” ujar Pooja Sriram, ekonom Barclays.
The Fed sebelumnya memangkas suku bunga pertama kalinya pada tahun ini dalam pertemuan September, setelah perlambatan perekrutan tenaga kerja memicu kekhawatiran terhadap pasar kerja.
Namun, sejumlah pejabat tetap berhati-hati untuk tidak memangkas terlalu agresif. Proyeksi pasca pertemuan itu menunjukkan 9 dari 19 anggota FOMC memperkirakan tidak lebih dari satu pemangkasan tambahan tahun ini, termasuk tujuh pejabat yang menilai tidak perlu pelonggaran lebih lanjut hingga 2025.
Pemungutan suara Rabu lalu juga menjadi kali ketiga berturut-turut terdapat perbedaan pandangan di antara anggota FOMC — tren yang terakhir terjadi pada 2019.
Perpecahan itu terjadi di tengah situasi sulit akibat penutupan pemerintahan AS sejak awal Oktober. Tanpa data resmi dari pemerintah, ekonom dan pembuat kebijakan kini mengandalkan indikator sektor swasta dan tingkat negara bagian untuk memantau tren ketenagakerjaan.
Pandangan Powell
Sejumlah perusahaan besar seperti Amazon.com Inc., General Motors Co., dan Applied Materials Inc. dalam beberapa pekan terakhir mengumumkan rencana pemangkasan tenaga kerja.
Namun, berdasarkan data klaim pengangguran mingguan di tingkat negara bagian, gelombang PHK masih relatif terbatas — poin yang turut ditekankan Powell.
Meski demikian, Powell menunjukkan dengan jelas di sisi mana dia berdiri dalam perdebatan antara inflasi dan lapangan kerja. Dia meremehkan kekhawatiran atas tekanan harga dan menilai The Fed tetap memiliki peran untuk merespons pelemahan pasar tenaga kerja, meski sebagian dipicu kebijakan imigrasi Presiden Donald Trump.
“Sebagian orang berpendapat hal ini bersumber dari sisi pasokan sehingga tidak bisa banyak dipengaruhi oleh kebijakan moneter. Namun saya berpendapat, ada faktor permintaan yang bisa kita tangani, dan The Fed sebaiknya menggunakan instrumennya untuk mendukung pasar tenaga kerja,” tegas Powell.
Jika kehati-hatian Powell berujung pada penghentian sementara siklus pemangkasan suku bunga, langkah tersebut hampir pasti akan memanaskan hubungan dengan Gedung Putih.
Presiden Trump selama ini kerap mengkritik Powell karena dianggap terlalu lambat menurunkan suku bunga, memicu kekhawatiran akan independensi bank sentral.
Joe Brusuelas, kepala ekonom di RSM US LLP, memperkirakan perbedaan pandangan akan menjadi hal yang lumrah dalam pertemuan FOMC mendatang, terutama setelah pergantian anggota pemilih pada 2026 dan penunjukan pengganti Powell yang masa jabatannya berakhir Mei tahun itu.
“Ke depan, perbedaan pandangan akan semakin banyak — baik karena tekanan politik dari Gedung Putih untuk melunakkan kebijakan, maupun karena ketidaksepakatan substansial mengenai risiko inflasi dan arah kebijakan moneter,” ujar Brusuelas.
