Gadai BPKB

1061e9425a6e11763a4f6614960f5302

Pemerintah Bakal Tanam Singkong di Lahan 1 Juta Hektare untuk Produksi E10

AA1OSEQh

MENTERI Pertanian Amran Sulaiman berencana menanam singkong di lahan seluas satu juta hektare untuk mendukung produksi etanol untuk program etanol 10 persen atau E10 pada produk bahan bakar minyak (BBM).

“Ubi, singkong satu juta hektare disiapkan pak, sudah ada,” kata Amran Sulaiman dalam konferensi pers, di Graha Mandiri, di Jakarta, Selasa, 21 Oktober 2025.

Amran mengatakan program cetak tanam singkong akan dilakukan di seluruh wilayah Indonesia. Namun, ia belum menjelaskan daerah secara rinci. Alasannya, hal itu masih menunggu data dari Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nusron Wahid. “(Lahannya) di mana yang agro climate-nya cocok,” kata dia.

Selain menanam singkong, Amran menyatakan, pada tahun depan pemerintah akan melakukan proyek cetak sawah seluas 400 ribu hektare tanaman tebu yang juga jadi bahan baku pembuatan etanol.

Amran menjelaskan total 400 ribu hektare lahan juga termasuk proyek food estate di Papua, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Sumatra Selatan. Ia memperkirakan bakal membutuhkan anggaran senilai Rp 10 triliun untuk program cetak sawah ratusan ribu hektare lahan itu.

Sementara itu Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan berpendapat proyek E10 bisa bisa meningkatkan produksi singkong petani. Sebab nantinya singkong akan banyak diserap untuk produksi etanol. “Setiap lahan nanti satu hektare, Pak, bisa memberikan penghasilan Rp 80 juta satu tahun,” kata dia.

Walhasil, Zulhas–begitu ia disapa–optimistis lakunya singkong di pasaran bisa meningkatkan nilai jual hingga Rp 1.500 per kilogram. “Karena semua berharga dan semua akan memberikan penghasilan,” tutur politikus Partai Amanat Nasional itu.

Dikutip dari Antara, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan masih menyusun peta jalan atau roadmap pengimplementasian E10.

Rencana untuk mengembangkan E10 berangkat dari proyek pemerintah mengimplementasikan biodiesel, dari yang semula B10 atau campuran 10 persen minyak mentah sawit (crude palm oil/CPO) dengan 90 persen solar untuk bahan bakar diesel. Kebijakan biodiesel tersebut sudah berkembang hingga B40.

Bahkan untuk 2026, pemerintah menargetkan pengimplementasian B50. Bahlil menjelaskan implementasi E10 masih menunggu persiapan pabrik etanol, baik yang berbahan baku tebu maupun singkong.

Pilihan Editor: Mengapa Industri Manufaktur Indonesia Paling Merosot di ASEAN