Gadai BPKB

2503402722c1e1f3d931b41a841b164f

HSBC: 53 persen perusahaan anggap ada peluang di balik perang dagang

AA1S14rA

HASIL survei yang dilakukan oleh HSBC mengungkapkan sebanyak 53 persen perusahaan Indonesia merasa yakin ketidakpastian perang dagang justru memberikan kesempatan bisnis. Country Head Global Trade Solutions HSBC Indonesia Delia Melissa mengatakan, dalam dua tahun ke depan 69 persen perusahaan semakin melihat dampak positif, lebih tinggi dari keyakinan global sebesar 57 persen.

Namun, kata Delia, 46 persen perusahaan justru menganggap tarif Trump dan ketidakpastian perdagangan akan memberi dampak negatif pada perekonomian global. “Jadi waktu perang dagang tentu saja negara yang terdampak itu adalah Cina,” katanya saat ditemui di kantor HSBC Indonesia, Jakarta, Selasa, 9 Desember 2025.

Dalam survei itu, Delia menjelaskan, terdapat rekonfigurasi rantai pasok global karena ada perubahan dari Cina ke negara alternatif, seperti Indonesia. Situasi ini terlihat ada sisi positif karena sumber daya yang dimiliki Indonesia lebih kompetitif dibandingkan negara lain, di samping pengenaan tarif yang lebih rendah.

Faktor kedua adalah Indonesia memiliki pasar domestik yang sangat besar, sehingga investor melihat sumber daya dari Indonesia mendukung produksi ekspor di berbagai sektor industri seperti elektronik, komponen otomotif, dan furnitur.

Investor asing juga menganggap barang yang diproduksi di Cina akan lebih mahal untuk masuk ke pasar Amerika Serikat akibat tarif Trump. Sehingga, kata Delia, banyak perusahaan mempertimbangkan untuk merelokasi pabrik dari Cina ke Indonesia.

“Tentu saja meningkatkan investasi baru, memperluas kapitas produksi dan permintaan bahan baku dan logistik di Indonesia,” ucapnya.

Selain itu, terlihat dari pasar domestik Indonesia yang tampak positif, seperti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di level 8.600-an. Neraca perdagangan, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), juga surplus dari Januari sampai Oktober 2025 sebesar US$ 35,88 miliar. Angkanya meningkat US$ 10,98 miliar dari periode yang sama pada 2024.

Meski demikian, kata Delia, 73 persen perusahaan mengantisipasi peningkatan biaya produksi akibat ketidakpastian perdagangan dalam dua tahun ke depan. Lalu, 67 persen perusahaan juga mengantisipasi pertumbuhan pendapatan dalam dua tahun ke depan.

Delia mengatakan survei ini melibatkan 6.750 perusahaan yang menjadi responden dan berasal dari 17 negara. “Di Indonesia, kami menyurvei 200 nasabah, ada perusahaan internasional, perusahaan lokal,” ujarnya.

Pilihan Editor: Mengapa Perusahaan Ogah Masuk Pasar Modal