
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Dua saham baru yang baru saja resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui proses Penawaran Umum Perdana Saham atau Initial Public Offering (IPO) pada Rabu (9/7) berhasil menarik perhatian dengan lonjakan harga yang signifikan. Fenomena ini berlanjut selama dua hari perdagangan, di mana harga kedua saham IPO tersebut bahkan menyentuh batas atas atau auto rejection atas (ARA), mencerminkan antusiasme tinggi dari para investor.
Kedua emiten yang menjadi sorotan tersebut adalah PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) dan PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN). Lonjakan harga pasca-IPO ini sontak memunculkan pertanyaan krusial di kalangan investor: apakah saham CDIA dan COIN masih prospektif untuk dibeli, atau justru sudah saatnya melakukan penjualan?
Mari kita telaah lebih dalam pergerakan harga saham COIN. Dengan harga IPO sebesar Rp 100 per saham, PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) langsung melesat 35% ke level Rp 135 per saham pada hari perdana perdagangannya. Momentum penguatan ini berlanjut pada hari kedua, Kamis 10 Juli 2025, di mana harga saham COIN kembali mendaki 35%, mencapai level Rp 182 per saham.
Melalui proses IPO ini, COIN telah menawarkan 2,2 miliar saham kepada publik, yang merepresentasikan 15% dari total modal dicatat dan disetor pasca-IPO. Dari aksi korporasi ini, COIN sukses mengumpulkan dana segar senilai Rp 220,58 miliar.
Dana yang berhasil dihimpun dari IPO COIN, setelah dikurangi biaya-biaya terkait, rencananya akan dialokasikan untuk dua tujuan utama. Sekitar 85% dari total dana IPO akan disalurkan sebagai penyertaan modal kepada PT Central Finansial X.
Adapun sisa dana IPO COIN akan dialokasikan kepada anak usaha COIN lainnya, yakni PT Kustodian Koin Indonesia, juga dalam bentuk penyertaan modal yang nantinya akan digunakan sebagai modal kerja.
Klik Sscasn.bkn.go.id, Kejaksaan Buka Rekrutmen PPPK Nakes 2025, Cek Gaji P3K Terbaru
Sementara itu, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) juga menunjukkan performa impresif. Pada hari perdana perdagangannya, harga saham CDIA melesat 34,74% dari harga IPO Rp 190 per saham, mencapai level Rp 256 per saham. Penguatan ini berlanjut pada hari kedua, di mana harga saham CDIA kembali meroket 25% hingga mencapai level Rp 320 per saham.
Sebagai anak usaha dari konglomerat PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), CDIA menawarkan maksimal 12,48 miliar saham dalam hajatan IPO ini, yang setara dengan 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dari aksi korporasi ini, CDIA berhasil menghimpun dana segar yang fantastis, mencapai Rp 2,37 triliun.
Antusiasme investor terhadap IPO CDIA sangat tinggi, tercermin dari fenomena kelebihan permintaan atau oversubscribed. Dalam penjatahan terpusat atau pooling allotment, IPO CDIA mengalami oversubscribed hingga 563,64 kali, sedangkan dalam penjatahan pasti atau fixed allotment, permintaan melampaui penawaran hingga 15,06 kali.
Total partisipasi investor dalam IPO CDIA mencapai 400.126 pihak sepanjang masa penawaran. Antusiasme luar biasa ini terlihat jelas di setiap tahapan, mulai dari masa penawaran awal pada 19-24 Juni 2025 hingga masa penawaran umum yang berlangsung pada 2 – 7 Juli 2025.
Tonton: Kata BEI Soal Dugaan Uang Damai dari Ajaib ke Nasabah Soal Transaksi Janggal
Rekomendasi Saham IPO: Analisis dan Prospek
Melihat performa awal yang menjanjikan, analis memberikan pandangannya terkait potensi saham IPO ini. Menurut Ekky Topan, seorang Investment Analyst dari Infovesta Utama, dari sisi teknikal, antusiasme yang sangat tinggi pasca-IPO kedua saham ini menguak peluang untuk penguatan harga lanjutan. Ia mencontohkan pola serupa yang terjadi pada IPO Grup Prajogo Pangestu sebelumnya, seperti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), yang juga mencatatkan Auto Rejection Atas (ARA) secara berturut-turut.
Kendati demikian, Ekky juga mengingatkan adanya risiko suspensi oleh BEI. Hal ini dapat terjadi apabila volatilitas harga terlalu tinggi atau harga terus melambung tanpa koreksi yang wajar, khususnya jika ARA tercatat lebih dari 5 hari berturut-turut.
Secara valuasi, Ekky memproyeksikan target harga untuk saham CDIA berada di sekitar Rp 2.000. Meskipun harga ini berada di atas rata-rata per sektor sejenis, ia menilai masih wajar mengingat prospek bisnis yang menjanjikan, sehingga CDIA dihargai dengan premi di pasar, ungkap Ekky kepada Kontan, Rabu (9/7).
Di sisi lain, Bursa Efek Indonesia (BEI) turut memberikan tanggapan terkait fluktuasi harga saham IPO ini. Kristian S. Manullang, selaku Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, menjelaskan bahwa pergerakan harga saham sepenuhnya merupakan hasil dari mekanisme pasar, yang didorong oleh kekuatan permintaan dan penawaran.
“BEI tidak dapat memastikan apakah harga saham suatu perusahaan yang baru melakukan IPO akan mengalami kenaikan atau penurunan,” tegas Kristian kepada Kontan, Rabu (9/7).
CDIA Chart by TradingView
Meskipun demikian, BEI senantiasa berkomitmen untuk memastikan terselenggaranya perdagangan efek yang teratur, wajar, dan efisien di pasar modal.
Dalam menjalankan fungsi pengawasannya, BEI secara aktif melakukan pemantauan terhadap seluruh efek yang diperdagangkan. Jika diperlukan, BEI memiliki wewenang untuk mengambil tindakan pengawasan seperti pemberlakuan Unusual Market Activity (UMA), Suspensi perdagangan, serta melakukan pemeriksaan sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku.
Terkait dengan kriteria penetapan suspensi atau Unusual Market Activity (UMA), Kristian menambahkan, “Bursa memiliki parameter yang telah diterapkan secara ketat dalam melakukan pemantauan terhadap semua saham yang diperdagangkan di bursa,” jelasnya lebih lanjut.
Tonton: Trump Segera Berlakukan Tambahan Tarif 10% untuk Anggota BRICS, RI SIap-SIap Kena Tarif 42%
