Gadai BPKB

dfba2a7c559dec7c71c9b0917f0b070a

Respons perbankan soal tingginya angka kredit menganggur

AA1InEpK

SEJUMLAH perbankan menanggapi ihwal tingginya angka kredit yang menganggur. BNI, misalnya, menilai fasilitas pinjaman yang belum dicairkan atau undisbursed loan bukan indikasi tertahannya penyaluran pembiayaan.

Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo mengatakan, per September 2025, porsi undisbursed loan BNI berada di kisaran sekitar 8 persen dari total kredit. Ia menjelaskan, sebagian besar undisbursed loan tersebut berasal dari fasilitas kredit investasi yang secara karakteristik memiliki mekanisme pencairan bertahap, sesuai dengan progres proyek dan ketentuan pembayaran dalam kontrak antara debitur dan mitra kerjanya.

“Dengan demikian, kondisi tersebut lebih mencerminkan aspek penjadwalan pencairan kredit berdasarkan kesepakatan bisnis, bukan indikasi tertahannya penyaluran pembiayaan,” kata Okki dalam keterangan tertulis kepada Tempo pada Senin, 29 Desember 2025.

Bank Indonesia (BI) mencatat fasilitas pinjaman yang belum dicairkan atau undisbursed loan pada November 2025 sebesar Rp 2.509,4 triliun atau 23,18 persen dari plafon kredit yang tersedia. Angka ini melonjak dibandingkan Oktober yang tercatat sebesar Rp 2.450,7 triliun atau 22,97 persen dari plafon kredit yang tersedia.

Selain soal kredit menganggur, BNI menjawab soal lambatnya perbankan dalam menurunkan suku bunga kredit seiring dengan turunnya suku bunga acuan atau BI-Rate. Lambatnya perbankan dalam menurunkan suku bunga diduga menjadi salah satu faktor yang membuat pertumbuhan kredit belum menguat dari sisi penawaran.

Menurut Okki, BNI secara konsisten menetapkan suku bunga kredit secara selektif dan terukur dengan mempertimbangkan profil risiko debitur, tenor pembiayaan, serta karakteristik masing-masing sektor usaha.

“Pendekatan ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara daya saing penyaluran kredit dan kualitas portofolio secara keseluruhan,” ujarnya.

Sementara itu, BCA mencatat kredit yang telah disalurkan tumbuh 7,6 persen year on year menjadi Rp 923 triliun pada Oktober 2025. Menurut Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera Haryn, angka pertumbuhan ini berada di atas rata-rata industri.

“Pada saat yang sama, BCA juga mengelola dengan baik pembiayaan yang belum ditarik atau undisbursed loan secara prudent,” kata Hera kepada Tempo pada Rabu, 24 Desember 2025.

Ia mengatakan, pertumbuhan kredit akan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. BCA akan terus mendorong penyaluran kredit ke berbagai segmen dan sektor, dengan tetap mempertimbangkan prinsip kehati-hatian.

Sebelumnya, Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Solikin Juhro menjelaskan, salah satu alasan tingginya angka kredit menganggur adalah karena kecenderungan pengusaha masih wait and see. Ia mengatakan, para pengusaha menahan ekspansi usaha dan mengamati perkembangan pasar sebelum mengambil keputusan.

Menurut Solikin, pengusaha juga cenderung memilih menggunakan dana internal atau simpanan pribadi. Sebab, bisa saja yield atau suku bunganya masih tinggi. “Daripada ngambil ke bank, mendingan pakai duit sendiri. Kenapa? Karena mungkin bisa saja yield atau suku bunganya masih tinggi,” ujarnya dalam taklimat media di Kantor Pusat BI, Jakarta 22 Oktober 2025.

Ilona Estherina berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Pilihan Editor: Apa Penyebab Kenaikan Kredit Menganggur di Bank