
MENTERI Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait menyatakan ada sekitar 112 ribu rumah rusak akibat banjir Sumatera. “Ini datanya berkembang terus, sangat dinamis,” kata Maruarar kepada wartawan di Jakarta, Kamis, 11 Desember 2025.
Kementerian PKP telah menghimpun jumlah kerusakan rumah di wilayah terdampak banjir yakni Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Berdasarkan data Kementerian PKP, Aceh menjadi wilayah dengan jumlah kerusakan rumah terbanyak yakni 74 ribu unit. Aceh juga tercatat sebagai provinsi dengan kerusakan rumah kategori berat dan hanyut terbanyak.
Ara—begitu ia disapa—mengatakan Kementerian PKP telah mengidentifikasi potensi lahan untuk membangun rumah baru. Namun, ia mengatakan tidak semua rumah akan direlokasi.
Berdasarkan rinciannya, Kementerian PKP dan sejumlah lembaga mengidentifikasi delapan lahan yang potensial untuk relokasi penyintas di Aceh. Sementara itu di Sumatera Utara juga memiliki delapan lahan potensial. Adapun di Sumatera Barat terdapat lima lahan yang teridentifikasi untuk relokasi.
Politikus Partai Gerindra itu belum merinci kebutuhan dana yang diperlukan untuk proses pemulihan dan pembangunan rumah di wilayah terdampak. Meskipun belum mengumumkan biaya yang dibutuhkan, Maruarar mengatakan biaya pemulihan dan pembangunan rumah akan mendapat dukungan dari pihak swasta, yakni Yayasan Buddha Tzu Chi.
Ara mengatakan yayasan tersebut akan membangun sebanyak 2.000 rumah. “Ini adalah bentuk gotong royong dari bangsa kita dan ini adalah suatu hal yang baik ya menurut saya,” kata dia.
Maruarar mengatakan salah satu alasan belum mengumumkan rincian pembiayaan karena masih menghitung tingkat kerusakan rumah untuk menyesuaikan kebutuhan tindak lanjutnya. Ia menyontohkan untuk rumah dengan kategori kerusakan ringan atau sedang kemungkinan akan mendapat renovasi.
Sementara ia belum menjelaskan nasib rumah yang mengalami kerusakan berat atau hanyut. “Apakah yang berat itu masih dibangun baru atau masih mungkin direnovasi,” tutur Ara.
Selain itu, Maruarar mengatakan pembentukan anggaran juga mempertimbangkan biaya bahan bangunan seperti semen. Sebab menurut Maruarar, biaya semen bisa melambung tinggi karena beban ongkos distribusi di wilayah terdampak.
Pilihan Editor: Bagaimana Asuransi Menanggung Klaim Bencana Sumatera
