PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) tengah menyiapkan serangkaian agenda ekspansi strategis yang siap direalisasikan pada semester II-2025. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat posisi perusahaan di sektor properti dan rekreasi.
Sekretaris Perusahaan PJAA, Agung Praptono, mengungkapkan bahwa perusahaan sedang mengembangkan proyek mini cluster atau hunian tingkat menengah. Proyek properti ini berlokasi di Jakarta Utara, menandai komitmen PJAA dalam mendukung program perumahan bagi masyarakat.
Di samping pengembangan properti, PJAA juga secara aktif memperluas penawaran di sektor rekreasi. Berbagai program hiburan dan acara tematis terus dikembangkan, baik melalui kolaborasi dengan mitra eksternal maupun inisiatif internal. Upaya ini diharapkan dapat menarik lebih banyak kunjungan wisatawan ke kawasan Ancol.
Inovasi menjadi kunci dalam peningkatan daya tarik Ancol. Salah satu langkah konkret adalah menghadirkan pembaruan pada robot di Dunia Fantasi (Dufan) dan area Taman Pantai. Selain itu, program revitalisasi produk juga berlanjut, mencakup pembaruan fasilitas seperti Cottage Putri Duyung Ancol dan Pasar Seni Ancol, demi memberikan pengalaman yang lebih baik bagi pengunjung.
Antusiasme publik terhadap Ancol terlihat dari angka kunjungan yang solid. Selama periode libur panjang sekolah dari 27 Juni hingga 6 Juli 2025, jumlah pengunjung Ancol berhasil mencapai 38.000 orang per hari. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 10-15% dibandingkan hari-hari biasa.
Untuk mendukung ambisi ekspansi ini, Agung menyatakan bahwa PJAA masih melakukan penyesuaian bertahap terhadap rencana belanja modal atau capital expenditure (capex). Meskipun enggan menyebutkan nominal spesifik, Agung menjelaskan bahwa penyesuaian capex ini diselaraskan dengan kondisi pasar dan kinerja operasional perusahaan, dengan selalu mengedepankan prinsip kehati-hatian.
“Di tengah tantangan ekonomi yang masih berlangsung, perseroan terus berupaya menjaga keberlangsungan operasional dan kinerja keuangan dengan fokus pada efisiensi, pertumbuhan pendapatan berulang (recurring income), serta penguatan portofolio layanan yang relevan dengan kebutuhan pasar saat ini,” imbuh Agung, menegaskan strategi adaptif PJAA.
Rencana ekspansi PJAA disambut positif oleh analis. Muhammad Wafi dari Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI) menilai langkah ini penting, mengingat kinerja PJAA yang kurang memuaskan pada kuartal I-2025. Tercatat, PJAA membukukan kerugian sebesar Rp 11,32 miliar pada periode tersebut, berbanding terbalik dari laba Rp 12,74 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan pendapatan PJAA mencapai 17,54% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 210,80 miliar. Wafi menyoroti bahwa “bisnis pendapatan berulang PJAA belum pulih, dan penjualan propertinya juga masih lesu.”
Untuk mempercepat pemulihan, Wafi menyarankan agar PJAA fokus memperbaiki aset-aset yang menghasilkan pendapatan rutin, seperti taman bermain dan wahana, serta gencar melakukan promosi yang efektif. Namun, perlu dicatat bahwa pemulihan daya beli masyarakat juga akan menjadi faktor penentu. “Ke depan, seiring pulihnya daya beli, revitalisasi aset recurring dan kampanye pemasaran yang bagus dapat mendorong pendapatan dari segmen ini,” jelas Wafi.
Meskipun demikian, Wafi memprediksi bahwa pemulihan sektor properti PJAA akan lebih lambat dibandingkan bisnis rekreasi. Oleh karena itu, dalam waktu dekat, PJAA perlu mengandalkan sepenuhnya segmen rekreasinya untuk mendongkrak kinerja.
Secara valuasi, harga saham PJAA menurut Wafi tergolong murah jika dibandingkan dengan nilai bukunya (Price to Book Value/PBV). Bahkan, PBV saat ini merupakan yang termurah dalam 1,5 tahun terakhir. Namun, Wafi menekankan adanya risiko mengingat perusahaan masih mencatat kerugian. Dengan demikian, meskipun sahamnya terkesan murah, fundamentalnya belum sepenuhnya pulih.
Wafi merekomendasikan investor untuk mencermati daya beli masyarakat, serta inovasi dan efisiensi yang dilakukan perusahaan sebelum memutuskan berinvestasi pada saham PJAA. Ia menyarankan status wait and see dengan target harga Rp 600.
Senada dengan itu, Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, juga merekomendasikan wait and see untuk saham PJAA, dengan level support di Rp 472 dan resistance di Rp 488. “Kami mencermati pergerakan PJAA relatif melandai dan sedang bergerak pada rentang MA20 dan MA60. Dari sisi indikator lain, MACD diperkirakan berpeluang menguat ke area positif, namun Stochastic rawan terkoreksi di area netral,” ujar Herditya.
Pada penutupan perdagangan Rabu, 9 Juli, saham PJAA ditutup menguat 0,84% ke harga Rp 480, setelah dibuka pada level Rp 476 per saham. Dalam rentang sebulan, saham PJAA tercatat menurun 0,83%, sementara dalam tiga bulan terakhir naik 3,0%. Adapun sejak awal tahun, kinerja saham PJAA masih merosot 14,29%.