
WALI Kota Solo Respati Ardi mendorong pengelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) berbelanja kebutuhan dapur untuk makan bergizi gratis di pasar-pasar tradisional. Jika kebijakan itu dilakukan semua SPPG, ia memperkirakan perputaran uang masuk dari program yang digagas Presiden Prabowo Subianto itu untuk Solo pada 2026 bisa mencapai Rp 380 miliar.
“Ini pergerakan ekonomi baru, harapannya,” ujar Respati di Solo, Selasa, 2 Desember 2025.
Menurut Respati, perputaran uang untuk kebutuhan operasional dapur SPPG sangat besar dan berpotensi memberikan dampak ekonomi langsung bagi pelaku UMKM, khususnya pedagang pasar tradisional. Apabila arah kebijakan ini berjalan optimal, akan ada perputaran ekonomi signifikan yang masuk ke pasar tradisional Solo dari program MBG.
Respati menekankan, pasar tradisional Solo memiliki kapasitas untuk memenuhi seluruh kebutuhan dapur program MBG mulai dari sayuran, buah-buahan, daging ayam, hingga ikan. Sehingga manfaat program MBG bisa dirasakan oleh lebih banyak pelaku usaha termasuk pedagang di pasar.
Ia kemudian mengajak para pedagang pasar untuk bersama-sama memanfaatkan momentum tersebut agar pasar tradisional kembali menjadi pusat transaksi kebutuhan pokok masyarakat dan mitra utama SPPG. Menurutnya hal itu akan menggerakkan ekonomi lokal.
Saat ini tercatat sekitar 26 dari 42 SPPG telah beroperasi di Solo. Unit-unit tersebut tersebar di empat kecamatan, yakni Laweyan, Banjarsari, Serengan, dan Jebres.
Kebijakan ini mendapatkan respons positif dari pengelola SPPG. Pendiri Yayasan Bangun Gizi Nusantara yang menaungi SPPG Penumping dan beberapa SPPG di Solo Raya, Puspo Wardoyo, menilai langkah Wali Kota Solo sangat baik karena menghidupkan roda perekonomian di pasar tradisional.
Menurut dia, untuk mencukupi kebutuhan pokok dapur program MBG, sebisa mungkin mengutamakan wilayah sekitar. Tapi apabila di wilayah sekitar tidak bisa mencukupi kebutuhan, pihaknya baru mengambil dari wilayah lain. Sebab pelaksaan program MBG untuk menghidupkan roda perekonomian di wilayah sekitar.
“Terkait supplier selain untuk karyawan, supplier itu juga mengutamakan untuk wilayah sekitar. Jadi memakai wilayah lain kalau kota tersebut tidak bisa memenuhi apa yang kita butuhkan. Cuma kalau di area tersebut masih bisa memenuhi apa yang kita butuhkan kita utamakan untuk supplier lokal juga karena BGN ini kan skemanya menghidupkan area sekitar. Jadi kita sesuai arahan BGN,” ungkap dia.
Dia mencontohkan kebutuhan buah untuk MBG diambil dari supplier lokal Solo. Kemudian untuk kebutuhan plastik biasanya membeli dari toko sekitar dapur SPPG.
Pilihan Editor: Siapa Untung dari Proyek Makan Bergizi Gratis