Categories: Finance

Bos BI Minta Perbankan Percepat Penurunan Suku Bunga

GUBERNUR Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan penurunan suku bunga perbankan masih berjalan lambat, kendati suku bunga acuan telah turun sebesar 125 basis poin sepanjang 2025. Dalam Rapat Dewan Gubernur November, suku bunga acuan atau BI Rate diputuskan untuk tetap ditahan di level 4,75 persen.

Perry mengatakan penurunan BI Rate telah diikuti dengan penurunan suku bunga di pasar uang. Suku bunga IndoNIA turun sebesar 203 bps dari 6,03 persen pada awal 2025 menjadi 4,00 persen pada 18 November 2025. Suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan juga menurun masing-masing sebesar 254 bps, 256 bps, dan 257 bps sejak awal 2025 menjadi 4,62 persen; 4,65 persen; dan 4,69 persen pada 14 November 2025. Kemudian, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) untuk tenor 2 dan 10 tahun masing-masing menurun 226 bps dan 113 bps menjadi 4,70 persen dan 6,13 persen pada 18 November 2025.

“Namun demikian, penurunan suku bunga perbankan masih berjalan lambat sehingga perlu dipercepat,” kata Perry dalam konferensi pers daring pada Rabu, 19 November 2025. Dia merinci, suku bunga deposito satu bulan hanya turun sebesar 56 bps dari 4,81 persen pada awal 2025 menjadi 4,25 persen pada Oktober 2025. Menurut Perry, hal ini disebabkan oleh pemberian special rate kepada deposan besar yang mencapai 27 persen dari total Dana Pihak Ketiga (DPK) bank.

Sementara itu, ucap Perry, penurunan suku bunga kredit perbankan bahkan berjalan lebih lambat, yaitu sebesar 20 bps dari 9,20 persen pada awal 2025 menjadi sebesar 9,00 persen pada Oktober 2025. Perry menilai penurunan suku bunga deposito akan diikuti dengan penurunan suku bunga kredit. Namun selain itu, dia mengatakan, penurunan suku bunga kredit juga dipengaruhi oleh biaya overhead dan margin untuk risiko.

Perry menyebutkan BI terus berkoordinasi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terkait dengan pemberian spesial rate untuk suku bunga deposito. Selain itu, dia menyebutkan, BI akan terus berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan untuk mendorong permintaan kredit dari sektor riil. Adapun pada Oktober 2025, pertumbuhan kredit tercatat sebesar 7,36 persen. Posisi ini melambat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 7,7 persen.

Koordinasi dengan Kementerian Keuangan ditandai dengan kehadiran Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono dalam Rapat Dewan Gubernur. Menurut Perry, Thomas menyampaikan bahwa pemerintah akan mempercepat pengeluaran di triwulan IV. “Dengan ekspansi fiskal ini diharapkan konsumsi masyarakat, investasi dunia usaha, dan juga produksi dari dunia usaha meningkat, sehingga meningkatkan permintaan kredit dari sektor riil,” tutur Perry.

Pilihan Editor: Tanda Tanya Manfaat Redenominasi Rupiah

Published by
admin